Setiap matahari meninggikan dirinya, kalo tidak salah di atas kepalaku, seketika langsung yang ada dipikirku adalah kamu, iya kamu yang sedang senyum hari ini. Aku rasa kamu juga masih ada terang yang semestinya kamu hamburkan ke hari ini, yaa.
Sudut kota kemarin sangat indah ya, kamu ingat tidak? Di mana ada seorang kakek-kakek penjual makanan, lalu kamu ingat tidak kita di sana makan bersama lho, kenangan manis itu tidak akan aku lupakan, aku janji!
Pada keesokannya, kamu masih mengenal teman kita seorang pemuda dengan tampilan klimis, dia baik banget yaa, sampai saat ini aku tetap mengingat namanya.
Ketika aku sedang binggung, kamu terus menanyakan akankah aku baik-baik saja, perhatianmu sungguh melululantahkan hatiku, aku benar-benar tersapu dengan kalimat itu, sekali lagi mengapa kamu tidak menjadi kekasihku?
Saat hari mulai gelap aku ada rasa yang baru kutemui, sebenarnya tidak baru-baru ini namun aku masih menahannya, aku paham siapa aku, lebih tepatnya aku paham mengapa aku harus tetap istirahat dan duduk sejenak sambil memperhatikan tingkahmu yang begitu angun.
Kamu tidak perlu paham, kamu hanya jadi kamu saja, dan aku tetap menjadi aku yang begitu pecundang, sungguh memalukan bila hati yang tidak sanggup mengungkapkannya.
Ketika aku berdiam di teras rumah yang aku pandangi adalah awan yang cerah ketika bersamamu.
0 komentar:
Post a Comment