Bulan Yang Sama, Namun Rasa Tak Sama



Hay manis gimana harinya ada perubahan? Atau tetap sama, tetap sama seperti pertama bertemu dengan kamu, ketika kamu menggunakan baju putih dengan gerak tubuh yang sontak orang lain memandangimu.

Tak apaa-apalah ya aku sedikit mengharapkan, masih ingat di mana aku dan kamu berkendara hingga ke tempat yang mana aku sendiri belum tahu, tapi sepertinya kamu juga belum tahu, yakan? Jawab dong dengan jujur, tuh kan kamu menganggukan kepala, benar tebakan aku!

Kamu ingin tahu hari ini aku sedang apa? Aku sedang menghitung hari yang terlihat cepat sekali, benar-benar tidak terasa sepanjang hari energi aku habis memikirkan kamu! 24/Jam waktu perhari yang diberikan oleh Tuhan kepada aku yang sebagai hambannya. Sini aku ceritakan kapan terakhir energi ini tidak habis, kapan ya? Aku lupa, sungguh aku menyimpan begitu panjang moment indah itu.

Tadi pagi aku bangun, terbangun ketika mobil di samping rumahku sedang dinyalahkan, sungguh membuatku marah, mengapa aku marah? Karena aku sedang memimpikanmu!

Tercatat di kertas samping meja dekat jendela kamarku:

Waktu tak terasa begitu cepat
Hingga luluh tak tersirat 
Hati ini akan pulang
Namun jiwa tetap terbayang
Terukir dengan remang  
Sampai hati yang tak terlepas 
Terlepas dari makna yang sesungguhnya, kasih 

Jadi kapan aku akan menemui kamu lagi? Terpucuk surat yang ingin aku berikan, namun terhalang dengan lentera lain. Aku sadar, hal itu membuat aku akan menahan kerinduan ini. Jujur, aku tidak mau menganggu kalian.

Mendengarkan suara kamu dari rekaman lama membuat hati aku terdiam, oh... bukan hati tapi bising sekeliling terasa terdengar hanya suara kamu yang menyita jiwa ini! Kamu akan baik-baik saja, aku yakin sekali walaupun aku tidak di samping kamu. 

Suatu hari nanti, kamu kabari aku jika sudah sampai, aku akan menemani hingga menjadi debu.



0 komentar:

Post a Comment